Jumat, 02 Agustus 2013

Lebaran dan Hal-hal Baru

Banyak dari kita yang belum memahami makna bulan Ramadhan dan hari lebaran. Masih sering dijumpai adanya pendapat bahwa lebaran identik dengan materi yang baru. Rumah dicat baru, bajunya baru, sepatunya baru, perabotnya baru, uangnya baru dan lain sebagainya. Ramainya pasar dan pusat-pusat perbelanjaan pada bulan Ramadhan adalah salah satu buktinya.
Memiliki baju baru, sepatu atau sandal baru, rumah dilengkapi perabotan baru bukan sesuatu hal yang salah asalkan tidak berlebihan.
Apa maknanya berlebihan?
Berlebihan adalah jika masih banyak baju bagus yang terlipat dilemari, dibela-belain memborong yang baru.
Berlebihan adalah ketika dana yang sebenarnya cukup hanya untuk beli nasi dan lauk sederhana, akhirnya harus hutang ke tetangga atau ke bank untuk bisa menikmati makanan yang terbilang mahal bagi kantongnya di hari raya.
Berlebihan adalah ketika tenaga yang digunakan selama bulan Ramadhan hanya cukup untuk kerja yang ringan-ringan karena (seharusnya) puasa, terpaksa melakukan pekerjaan berat dan memilih tidak puasa. Pekerjaan berat dilakukan untuk kejar target demi bisa membelikan baju baru anak-anaknya di hari raya, menikmati makanan enak dan sebagainya.
Ironis sekali. Berlelah-lelah di bulan Ramadhan sampai meninggalkan puasa hanya agar kebutuhan materi di hari raya bisa terpenuhi.
Manajeman Waktu dan Tenaga
Untuk para pekerja yang menuntut aktifitas fisik yang prima dalam aktifitasnya, seharusnya harus bisa mengatur aktifitasnya agar selama Ramadhan puasanya tidak terganggu.
Kalau perlu, selama diluar Ramadhan, dilakukan pengetatan pengeluaran agar bisa menabung sehingga pas bulan Ramadhan, kerjanya tidak terlalu ngoyo karena sudah ada persediaan untuk hari raya. Dengan bersikap tidak ngoyo dalam bekerja selama bulan Ramadhan, semakin besar peluang untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah. Jika sebelum Ramadhan, baca Qurannya setiap hari hanya satu lembar, maka di bulan Ramadhan meningkat jadi satu juz perharinya. Sehingga selama bulan Ramadhan bisa khatam Al-Quran satu kali.
Kalau selama Bulan Ramadhan aktifitasnya tidak diatur dengan baik, tidak ada manajemen waktu dan tenaga, bisa-bisa Ramadhan berlalu begitu saja tanpa ada kesan mendalam terhadapnya.
Padahal, kembali lagi pada keutamaan Bulan Ramadhan, bahwa hanya di bulan ini setiap ibadah pahalanya dilipatgandakan sampai 70 kali.
Bekerja mencari nafkah memang bagian dari ibadah, tapi jangan sampai tidak puasa. Karena terlalu berlebihan dalam bekerja sampai-sampai meninggalkan ibadah wajibnya yakni puasa, bukannya berpahala tapi justru menimbulkan dosa. Sangat disayangkan, banyak orang bekerja keras selama bulan Ramadhan sampai meremehkan puasa, salah satunya karena adanya keinginan untuk berpesta di hari raya.
Padahal seperti katanya Dhea Ananda, pada hari raya yang penting bukan pestanya, bukan pada makanan yang enak-enak, baju baru dan lain sebagainya, yang penting adalah momen bermaaf-maafannya.
Jika memang ada dana dan ternyata koleksi baju yang cukup bagus masih banyak, dana yang ada bisa dialokasikan untuk diberikan kepada yang lain yang lebih membutuhkan. Banyak orang lain yang karena sempitnya kondisi ekonomi sampai tidak berpikir baju baru apa yang akan dikenakan di hari raya. Jangankan berpikir tentang baju baru, untuk kebutuhan makan saja masih kekurangan.
Jadi, lebaran harus baju barukah? Tidak harus. Buat apa baju baru kalau ternyata kita tidak memperbarui hati dan perilaku kita menjadi lebih baik. 

Selamat berhari raya dengan kondisi apa adanya.
Sumber


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 Hijriyah
Mohon Maaf Lahir Batin :)



Baju Baru by Dhea

Masih ingat tidak dengan lagu Baju Baru-nya Dhea?
Lagunya yang booming pada tahun 90-an ini maknanya sungguh dalam sekali. Meski sudah lama, tapi syairnya masih relevan dengan kondisi saat ini. Mengajarkan tentang bagaimana berperilaku sederhana termasuk dalam hal baju untuk lebaran.
Berikut ini liriknya...

Baju baru, Alhamdulillah
Tuk dipakai di hari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama


Sepatu baru, Alhamdulillah
Tuk dipakai di hari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada sepatu yang lama

Potong ayam, Alhamdulillah
Tuk dimakan di hari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada telur ayamnya

Bikin kue, Alhamdulillah
Tuk dimakan di hari raya
Tak bikin pun tak apa-apa
Masih ada singkong gorengnya

Hari raya Idul Fitri
Bukan untuk berpesta-pesta
Yang penting maafnya lahir batinnya

Untuk apa berpesta-pesta
Kalau kalah puasanya
Malu kita kepada Allah Yang Esa



Ketupat sayur, Alhamdulillah
Tuk dimakan di hari raya
Tak ada pun tak apa-apa
Masih ada nasi uduknya



:)

Mengharap Lailatul Qadar

Ada malam dari 9 malam terakhir bulan Ramadhan yang Allah Ta'ala berikan keistimewaan. Tak ada malam yang lebih baik daripada malam itu. Inilah malam yang penuh barakah dan kesejahteraan hingga terbitnya fajar; malam ketika kita dianjurkan memperbanyak do'a memohon ampunan.

Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berdo'a dengan:


"اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ"

"Ya, Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Engkau menyukai maaf. Maka, maafkan aku."


Adakah malam ini malam yang dijanjikan itu? Hanya Allah Ta'ala yang tahu. Malam yang langitnya jernih, tiada awan gelap, sebagaimana malam yang kemarin. Lailatul qadar, kapankah ia datang? Inilah rahasia di antara rahasia-rahasia-Nya. Maka, ada yang mendapatkannya. Ada yang justru terlelap.

Kapankah lailatul qadar datang? Mari kita simak jawaban Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam ketika 'Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu bertanya:


"فِيْ رَمَضَانَ, فَالْتَمِسُوْهَا فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ, فإِنَّهَا فَيْ وِتْرٍ, فِيْ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ, أَوْ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ, أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنِ, أَوْ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ, أَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ, أَوْ فِيْ آخِرِ لَيْلَةٍ, >> فَمَنْ قَامَهَا ابْتِغَاءَهَا إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً ثُمَّ وُفِّقَتْ لَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ"

“Di bulan Ramadhan. Maka carilah ia pada sepuluh malam terakhir. Karena malam (Lailatul Qadar) itu (terjadi) pada malam-malam gasal, pada malam ke dua puluh satu, atau dua puluh tiga, atau dua puluh lima, atau dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan, atau pada akhir malam (bulan Ramadhan). Barangsiapa yang menghidupkan malam itu untuk mendapatkannya dengan penuh harapan (pada Allah) kemudian dia mendapatkannya, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang." (HR. Ahmad).


Siapakah yang mendapat ampunan seluruhnya? Yang puasanya sepenuh iman, menghidupkan malam sepenuh iman dan pengharapan kepada Allah Ta'ala. Adakah kita termasuk yang sungguh-sungguh berpuasa & menghidupkan malam sepenuh iman? Rasanya, diri ini masih amat jauh.... :'(

Kamis, 01 Agustus 2013

DUA WAKTU YANG BAIK DI BULAN RAMADHAN

Dua waktu yang baik di bulan Ramadhan, tapi sayangnya di Indonesia, dua waktu yang baik itu diisi dengan acara-acara televisi yang konyol, tidak mendidik, asal rame, tidak punya nilai ibadah, acara-acara sahur yang semakin tidak berkualitas. Acara-acara menjelang berbuka yang lebih banyak mengandung tawa yang berlebihan.
Dua waktu terbaik itu adalah:

1. PADA SAAT AKAN BERBUKA PUASA
 
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa ketika saat berbuka ada doa yang tidak ditolak”. (HR Ibnu Majah)
“Ada tiga orang yang doa mereka tidak ditolak oleh Allah : Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa ketika ia berbuka, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, dengan lafaz dari at-Tirmidzi)
Karenanya para ulama salaf sangat-sangat mengagungkan waktu penghujung hari (sore hari) karena ia menjadi penutup hari puasa.
Sesungguhnya orang cerdas, tentunya akan memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk berdoa.

2. PADA SAAT SAHUR

"Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzariyat: 18)
Imam Mujahid dan lainnya mengatakan, "(di akhir-akhir malam) mereka mengerjakan shalat." Ulama lainnya mengatakan, "Mereka shalat malam dan menutupnya dengan istighfar sampai menjelang fajar." Ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala: "Dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17) Kemudian Ibnu katsir berkata,
"Jika istighfar di dalam shalat maka itu lebih baik." Beliau berhujjah dengan hadits shahih,
"Sesungguhnya Allah turun setiap malam ke langit dunia saat seperti tiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: Adakah orang yang mau bertaubat sehingga Aku ampuni dia? Adakah orang yang beristighfar sehingga aku ampuni dia? Adakah orang yang meminta (kepada-Ku) sehingga aku beri permintaannya? Sehingga terbit fajar."
 
Semoga bermanfaat :)